Routine: My Personal Skincare Experience
8:28:00 AM
Sepertinya saya belum pernah bercerita mengenai alasan saya pada awalnya menggunakan skincare dan (syukurlah) hingga sekarang mempertahankan untuk menggunakannya. Saya sejujurnya, baru mengenal face wash di masa SMP saya. Sewaktu SD karena saya belum pubertas, saya ingat sekali hanya membasuh wajah dengan air. Ketika SMP, produk face wash yang saya gunakan adalah Ponds. Ingat sekali.. rutinitas mencuci wajah yang berbarengan dengan rutinitas mandi. Berlanjut sampai sampai setelah lulus kuliah Sarjana, seingat saya, jarang sekali ada produk yang 'hinggap' di kulit wajah saya dan saya merasa (waktu itu) baik-baik saja. Padahal pada waktu itu, saya sudah rutin menggunakan body butter sebagai pelembap kulit tubuh, tetapi pelembap wajah? hmmm, sepertinya belum. Pun dengan lip balm yang jarang sekali saya gunakan, sampai-sampai saya ingat saya dahulu punya kulit bibir yang kering (sekali, seringkali saya menganggap kekeringan di kulit bibir hanya karena saya kurang minum air putih).
Barulah di umur 23 tahun, saya mulai semakin sadar dan tertarik melakukan 'riset' tentang penggunakan skincare yang lebih memadai. Saya memang tipe yang demikian, ketika sedang into di satu topik, saya akan melakukan 'riset mendalam' dan belajar secara serius tentang topik tersebut. Setelahnya, apabila saya benar-benar tertarik, tentu saja saya berusaha mempraktikkannya. Alasan pertama mengapa saya memutuskan menggunakan skincare secara lebih serius adalah karena penampilan yang baik semakin dituntut ketika saya melanjutkan pendidikan profesi Psikolog. Saya tuh benar-benar tidak bisa bermake-up dan saya anti melakukan sesuatu yang tidak saya kuasai. Jadi, karena saya tidak bisa bermake-up sama sekali, lebih baik saya tidak menggunakannya sama sekali pula. Padahal saya mulai masuk dunia profesional yang dituntut untuk berpenampilan rapi, saya sebagai muslimah justru tidak ingin me-reinforce kesan bahwa muslimah itu kusam, tidak menarik, dan terkesan 'tidak profesional'. Akhirnya, saya banyak belajar tentang make-up dan skincare. Tentunya, skincare lebih mudah untuk dipraktikkan. Lagipula, skincare dipercaya sebagai investasi jangka panjang, karena menyiapkan wajah sebagai canvas yang baik. Wah, saya setuju dengan pemikiran ini nih!
Alasan kedua mengapa saya memutuskan menggunakan skincare lebih serius adalah karena pada akhir tahun tersebut saya memang berniat dan berencana untuk menikah. Saya lebih pusing mempersiapkan kulit wajah saya menjadi canvas yang baik dibandingkan mencari make-up artist mana yang bisa membuat saya terlihat cantik (saya percaya, pada dasarnya kita semua sudah cantik, kita hanya diminta untuk menjaga agar kecantikan tersebut tetap ada dalam kurun waktu yang lama). Lesson learned: kalau kamu mau menikah, persiapkan juga kulit wajahmu (selain kesehatan fisik) karena saya percaya sesuatu yang sudah kita persiapkan secara perlahan memberikan efek yang lebih panjang (jadi, cantiknya kamu tidak hanya saat menggunakan make-up pengantin, tapi juga setelah-setelahnya). Saya anggap waktu itu, momentum saya akan menikah menjadi momen yang tepat bagi saya untuk mulai melakukan skincare routine secara lebih serius.
Saya percaya konsistensi merawat sesuatu pasti akan memunculkan hasil yang kita harapkan, kalau kita juga melakukannya dengan 'benar'.
Mulailah saya mencari tahu tahapan-tahapan dalam merawat kulit wajah. Apa saja sih yang 'harus' dilakukan? Produk yang bagaimana sih yang sebaiknya digunakan? Saya ingat sekali pada awalnya produk yang saya gunakan masih didominasi produk lokal. Jelas, karena lebih mudah untuk mendapatkannya bukan. Saya menggunakan cleansing cream dari Viva, toner dari Viva pula (yang setelah sekian lama setelahnya saya baru sadar bahwa toner ini mengandung alkohol yang lumayan, yaiyalah makanya mereka juga menulis astringent, yang bisa membuat kulit wajah saya semakin kering). Masker bengkoang dan peeling Mundisari dari Mustika Ratu. Saya juga ingat skincare pertama-tama saya adalah rangkaian The Body Shop vit. e, mulai dari day cream, night cream, cleansing cream, toner (akhirnya saya menggunakan toner lain), dan face washnya. Sunscreen pertama saya adalah dari Wardah dan Skin Aqua. Saya mencoba juga face washnya Hadalabo. Tidak lupa Bioderma sebagai micellar water pertama yang akan saya gunakan sebelum menggunakan first cleanser. Oh ya, saya juga sempat menggunakan FTE SKII di slot essence loh haha..
Sejujurnya banyak juga ya produk yang saya gunakan sejak awal lebih rajin menggunakan skincare. Nah, saya memang langsung memutuskan untuk mencoba produk over the counter, soalnya saya tidak merasa kulit wajah saya bermasalah sehingga perlu datang berkonsultasi ke dokter kulit. Jadilah saya perlahan-lahan bereskperimen dengan kulit wajah saya sendiri (ini sebenarnya mengerikan untuk dilakukan, kamu harus benar-benar belajar tentang produk yang ingin kamu gunakan dan mencobanya satu per satu).
Saya cukup puas dengan percobaan-percobaan saya, hingga akhirnya mempertahankannya hingga saat ini. Ingat sekali, ketika pertama kali menggunakan FTE SKII, Alhamdulillah sekali saya tidak kena breakout atau purging yang parah (ini biasanya sumber masalah kalau mencoba-coba produk secara mandiri). Ada sih jerawat satu dua (sebelumnya saya hampir tidak pernah memiliki jerawat, khususnya yang besar), tetapi setelah rutin merawat Alhamdulillah saya merasa cocok-cocok saja.
Nah, satu hal yang saya rasakan (paling drastis saya rasakan) terkait perubahan kulit wajah saya adalah terkait kelempabannya. Saya merasa bedak yang saya gunakan menjadi lebih mudah untuk menempel dan lebih tahan lama. Hasil yang seperti ini sangaaaaaat memotivasi saya untuk lebih rajin, karena saya merasakan langsung dampak positifnya.
Pernah tidak merasakan pengalaman tidak cocok dengan suatu produk? Pernah dong. Ada juga produk-produk yang tidak cocok di saya, seperti cream dari Philosophy yang membuat saya jadi memiliki banyak jerawat-jerawat kecil. Nah, saya memang belum bereksperimen lagi dengan cream ini, karena saya langsung memutuskan, wah saya tidak cocok produk ini dan tidak mau mencobanya lebih lanjut. Ah sedih deh waktu itu, karena saya sejujurnya suka filosofi dari brand Philosophy tersebut (saya akan mencoba beberapa produk lainnya, soalnya saya belum kapok hehe).
Ada juga produk-produk lain yang tidak saya sukai karena mungkin baunya terlalu menyengat, maupun ketika saya pelajari lebih lanjut ada ingredients yang tidak cocok di saya (atau ingin saya hindari). Inilah dampak dari saya yang tidak mencari tahu terlebih dahulu secara mendalam sebelum memutuskan untuk membeli produk.
Kesimpulannya adalah saya melihat hasil yang secara umum menyenangkan dari perawatan yang saya lakukan. Memang dibutuhkan usaha untuk terus konsisten menjalankan, menjadikannya kebiasaan, dan membuat budgeting untuk membeli produk skincare. Meski begitu, saya happy menjalankannya. Saya pribadi merasakan perbedaan yang signifikan, khususnya terkait tekstur kulit wajah dan kelembapannya. Oleh karena itulah, saya masih akan mempertahankan kebiasaan ini hingga nanti. Nah, untuk teman-teman yang belum ada sudah menggunakan skincare routine tertentu, apa yang membuat kalian belum atau sudah tertarik untuk menjalankannya?
Ps:
Saya berencana membuat 'serial' tentang tahapan-tahapan skincare yang saya jalankan. Semoga berhasil dijalankan rencana tersebut.. aamiin.. (hehehe, saya menunda menulis review dari FTE SKII dan sampai saat ini saya tidak melakukannya juga kan haha sudah hampir 2 tahun dan bahkan saya sudah tidak lagi menggunakan FTE SKII :D)
Love,
Zahra
0 comments