Tentang Ikhlas
10:32:00 PM
Hari ini saya mengikuti suatu pelatihan. Hari kedua pelatihan.
Seperti biasa, karena merasa tidak aman, saya selalu membawa laptop kemana-mana. Psikolog junior seperti saya belakangan ini kena jadwal revisi di mana-mana. Entah kenapa apa yang saja kerjakan salah terus hehe.
Belakangan saya merasa super ceroboh. Gelas hampir jatuh, air hampir tumpah, rumah berantakan, kepala pusing, saya terburu-buru. Biasanya juga begitu, tapi belakangan ini parah.
Saya jadi cepat lelah. Dan entah kenapa seharian menggunakan kacamata membuat saya pusing, padahal asupan gula sudah terjamin. Kemarin malam saya berpikir, apa kurang gula? apa kurang tidur? atau karena seharian 'berpikir' terus?
Hari ini di tempat pelatihan saya mendapatkan lagi tas punggung.
Saya tidak memintanya, dalam hati, ketika saya lihat bentuk tasnya yang sepertinya tidak akan saya gunakan di kesempatan lainnya :| tapi kalau saya kreatif, sebenarnya tas ini pasti bisa berguna.
Sedari pagi saya sudah berpikir, bagaimana ya cara saya membawa tas ranselnya? Soalnya hari ini saya sudah membawa ransel juga. Wah repot ya kalau harus bawa dua ransel. Ah tapi mungkin bisa dititip saja di kantor.
Ternyata?
Sore ini saya 'menggembol' dua tas ransel depan belakang yang kalau ummi lihat pasti beliau sudah teriak, teriak, yaampun jangan pakai tas berat-berat.
Barulah ketika saya harus menaiki kendaraan umum dengan 'gembolan' depan belakang, saya merasa 'hidup' ini beraaaaaaat sekali. Berlebihan. Saya tahu.
Tapi beban itu membuat saya jadi bersemangat untuk dapat duduk di kereta. Saya lelah (semua orang juga). Dan Alhamdulillah saya dapat duduk di kereta. Di gerbong perempuan. Suatu hal yang agak jarang bukan?
Tidak lama, petugas bilang, ada yang tidak hamil? Karena saya tidak hamil dan belum ingin hamil saya refleks berdiri.
Dan?
Yaudah biasa aja, tapi saya merasakan.. ya Allah ikhlas itu berat yah?
Oh ya, saya mah manusia cupu. Masih perlu banyak belajar. Soal tempat duduk di kereta karena merasa lelah dan pusing saat berdiri mah sebenarnya hal remeh-temeh.
Saya tahu, tapi saya mau merenungi dulu, rasa ikhlas itu sulit ternyata. Butuh diusahakan. Butuh selalu memperbaharui niat. Butuh segera dilupakan, jangan diingat-ingat terus kalau oh saya melakukan perbuatan itu. Semuanya biasa saja, mungkin hal baik, namun belum jadi hal yang besar.
Saya senang belajar tentang hal-hal kecil dari hidup. Tentang rizki, kali ini tentang rasa ikhlas.
Love,
bungaazzahra
0 comments